
SOAL :
Ustadz tolong
jelaskan status hadits "hubbul wathon minal iman" (cinta tanah air
sebagian dari iman)?
(Ismail, Tangerang,
081xxxxxx)
JAWAB :
Ungkapan "hubbul
wathon minal iman" memang sering dianggap hadits Nabi SAW oleh para
tokoh [nasionalis], mubaligh, dan juga da`i yang kurang mendalami hadits dan
ilmu hadits. Tujuannya adalah untuk menancapkan paham nasionalisme dan
patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini umat Islam.
Namun sayang,
sebenarnya ungkapan "hubbul wathon minal iman" adalah hadits
palsu (maudhu’). Dengan kata lain, ia bukanlah hadits. Demikianlah
menurut para ulama ahli hadits yang terpercaya, sebagaimana akan diterangkan
kemudian.
Mereka yang
mendalami hadits, walaupun belum terlalu mendalam dan luas, akan dengan mudah
mengetahui kepalsuan hadits tersebut. Lebih-lebih setelah banyaknya kitab-kitab
yang secara khusus menjelaskan hadits-hadits dhaif dan palsu, misalnya :
1. Kitab Tahdzirul
Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin karya Syaikh
Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi’i (w. 1328 H) (Beirut :
Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999), hal. 109; dan
2. Kitab Bukan
Sabda Nabi! (Laysa min Qaul an-nabiy SAW) karya Muhammad Fuad Syakir,
diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, (Semarang : Pustaka Zaman, 2005), hal. 226.
Kitab-kitab itu
mudah dijangkau dan dipelajari oleh para pemula dalam ilmu hadits di Indonesia,
sebelum menelaah kitab-kitab khusus lainnya tentang hadits-hadits palsu,
seperti :
1. Kitab Al-Maudhu’at
karya Ibnul Jauzi (w. 597 H);
2. Kitab Al-Ala`i
al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H);
3. Kitab Tanzih
Asy-Syari’ah al-Marfu`ah ‘an Al-Ahadits Asy-Syani’ah Al-Maudhu`ah karya
Ibnu ‘Arraq Al-Kanani (Lihat Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits,
hal. 93).
Berikut akan saya
jelaskan penilaian para ulama hadits yang menjelaskan kepalsuan hadits "hubbul
wathon minal iman".
Dalam kitab Tahdzirul
Muslimin karya Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i hal. 109 tersebut diterangkan,
bahwa hadits "hubbul wathon minal iman" adalah maudhu`
(palsu). Demikianlah penilaian Imam as-Sakhawi dan Imam ash-Shaghani.
Imam as-Sakhawi (w.
902 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya al-Maqashid al-Hasanah fi
Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ‘ala Alsinah, halaman 115.
Sementara Imam
ash-Shaghani (w. 650 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maudhu’at,
halaman 8.
Penilaian palsunya
hadits tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi (al-maraji’)
lainnya sebagai berikut :
1. Kasyful Al-Khafa`
wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-‘Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423;
2. Ad-Durar
Al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi
(w. 911 H), hal. 74;
3. At-Tadzkirah fi
al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H),
hal. 11.
(Lihat Syaikh al-Azhari
asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid
al-Mursalin, hal. 109)
Ringkasnya, ungkapan
"hubbul wathon minal iman" adalah hadits palsu (maudhu’)
alias bukanlah hadits Nabi SAW.
Hadits maudhu’
adalah hadits yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atau hadits yang
sengaja diciptakan dan dibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Artinya, pembuat hadits maudhu` sengaja
membuat dan mengadakan-adakan hadits yang sebenarnya tidak ada (Lihat Syaikh
al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hal. 35; Mahmud Thahhan, Taysir
Musthalah al-Hadits, hal. 89).
Menurut Imam Nawawi
dalam Syarah Muslim, meriwayatkan hadits maudhu’ adalah haram hukumnya
bagi orang yang mengetahui kemaudhu’an hadits itu serta termasuk salah satu
dosa besar (kaba`ir), kecuali disertai penjelasan mengenai statusnya
sebagai hadits maudhu’ (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul
Muslimin, hal. 43).
Maka dari itu, saya
peringatkan kepada seluruh kaum muslimin, agar tidak mengatakan "hubbul
wathon minal iman" sebagai hadits Nabi SAW, sebab Nabi SAW faktanya
memang tidak pernah mengatakannya. Menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi SAW
adalah sebuah kedustaan yang nyata atas nama Nabi SAW dan merupakan dosa besar
di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
"Barangsiapa
yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di
neraka."
(Hadits Mutawatir).
Terlebih lagi Islam
memang tidak pernah mengenal paham nasionalisme atau patriotisme yang kafir
itu, kecuali setelah adanya Perang Pemikiran (al-ghazwul fikri) yang
dilancarkan kaum penjajah. Kedua paham sesat ini terbukti telah memecah-belah
kaum muslimin seluruh dunia menjadi terkotak-kotak dalam wadah puluhan negara
bangsa (nation-state) yang sempit, mencekik, dan membelenggu.
Maka, kaum muslimin
yang terpasung itu wajib membebaskan diri dari kerangkeng-kerangkeng palsu
bernama negara-negara bangsa itu. Kaum muslimin pun wajib bersatu di bawah
kepemimpinan seorang Imam (Khalifah) yang akan mempersatukan kaum muslimin
seluruh dunia dalam satu Khilafah yang mengikuti minhaj nubuwwah. Semoga
datangnya pertolongan Allah ini telah dekat kepada kita semua. Amin. [ ]
Yogyakarta, 14
Agustus 2006
Oleh : Muhammad Shiddiq
al-Jawi
0 Response to "HUBBUL WATHON MINAL IMAN" HADITS PALSU"
Post a Comment